Sebenarnya, selama ini aku tidak lagi tau apa alasan tepatnya kenapa aku tetap bertahan. Rasa kagum dan hormat telah lama hilang, lantaran kenyataan membawa ekspetasi-ekspetasiku tentangmu tak menemui muaranya. Sebelum ini, berkali-kali aku berpikir untuk pergi menghilang dengan tiba-tiba. Saat kau kelimpungan mencari-cari aku, aku ingin itu menjadi hukumanmu. Tapi agaknya, tiba-tiba aku malah lanyau dengan pertanyaan bermata dua yang kulayangkan. Benarkah akan menyakitimu atau malah sebenarnya itu yang kau mau? Pastinya begitu. Hingga ku pastikan, bahwa aku telah terlalu lelah dalam pasrah. Tindak-tanduk mesra di belakang punggungku, tampaknya sudah tak lagi berdampak lara. Aku terbiasa untuk memakluminya. Tidak lagi bertanya. Dalam rungsang, diam saja menonton kau berlakon drama dengan piawai tak kira. Aku tau perempuan-perempuan yang kerap kau kabari aktivitasmu itu tidak hanya satu. Saling bertukar kabar, bertanya banyak hal. Tidak heran jika mereka selalu tau kabar terbarumu....
Senja yang Cemburu Pada gemintang yang merayu Memeluk senja begitu syahdu Mencintai adalah tentang rasa Pertemuan kita ibaratkan cinta Bayang semu seperti kata ikatan Genggaman tangan seolah menjauh Senyum dan tawamu sebuah saksi Kata merelakan tidak pernah ada Yang ada hanya sisa cemburu Perihal rasa yang tak bertemu Apakah kamu pernah melihat Kumbang yang tak bersayap ia begitu pesakitan dengan lukanya, selayaknya seorang kekasih yang kehilangan pelukan hangat cinta Andai semuanya masih sama Mungkin tempat ini akan berbeda Tidak lagi terkutuk pada kesendirian. Indie Sunandri, 2023