Langsung ke konten utama

Pesan Terakhir Bunuh Diri—





Sebenarnya, selama ini aku tidak lagi tau apa alasan tepatnya kenapa aku tetap bertahan.

Rasa kagum dan hormat telah lama hilang, lantaran kenyataan membawa ekspetasi-ekspetasiku tentangmu tak menemui muaranya. Sebelum ini, berkali-kali aku berpikir untuk pergi menghilang dengan tiba-tiba. 

Saat kau kelimpungan mencari-cari aku, aku ingin itu menjadi hukumanmu.

Tapi agaknya, tiba-tiba aku malah lanyau dengan pertanyaan bermata dua yang kulayangkan.

Benarkah akan menyakitimu atau malah sebenarnya itu yang kau mau?

Pastinya begitu.

Hingga ku pastikan, bahwa aku telah terlalu lelah dalam pasrah. Tindak-tanduk mesra di belakang punggungku, tampaknya sudah tak lagi berdampak lara.

Aku terbiasa untuk memakluminya. Tidak lagi bertanya. Dalam rungsang, diam saja menonton kau berlakon drama dengan piawai tak kira.

Aku tau perempuan-perempuan yang kerap kau kabari aktivitasmu itu tidak hanya satu. Saling bertukar kabar, bertanya banyak hal. Tidak heran jika mereka selalu tau kabar terbarumu.

Hal yang membuatku penasaran setengah mati. Tidak punyakah mereka harga diri? Atau barang sedikit saja hati nurani? 

Begitu bangga dihubungi lelaki beristri bahkan beberapa tau bahwa aku pasanganmu sendiri. Mengapa hatinya terlalu keras untuk peduli?

Ah, mungkin karena terlalu manis perhatian yang kau beri ya mas. Itu pula yang menjerat aku sampai begini.

Mas, ini pesan terakhirku.

Hari ini, aku memutuskan mati gantung diri. Mohon maaf jika nanti kau harus sulit menurunkan aku dari gantungan tali.

Aku pergi duluan ya mas.

Di akhirat nanti, meskipun kau lihat aku tergantung di neraka. Bilamanapun aku tampak sangat tersiksa dan kau rasa iba, mohon jangan sekalipun kau menyapa.

Sebab, dengan tak mengingatmu di mana-mana, aku bisa lebih berbahagia.


Pesan Terakhir Bunuh Diri—
11 Oktober 2023
Derana Reva

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seandainya Saja

Seandainya saja kamu mengerti, bahwa setiap perkataan adalah doa dan setiap perbuatan akan ada balasan. Termasuk menyakiti hati yang sedang berusaha membahagiakan. Seandainya saja kamu pun tahu, bahwa sudah seharusnya kau berubah jadi versi terbaikmu, meski kata itu sekarang bukan untuk diriku. Tapi kuharap tiada lagi korban dari permainanmu. Seandainya saja kamu mengingat, di mana masa lalu masih melekat dengan erat. Waktu itu kamu dan aku bertemu di tempat sepi yang kuberi nama ruang rindu. Hingga akhirnya kita saling mengenal. Meskipun akhirnya cerita kita belum sempat selesai. Seandainya saja kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang, tentang kenangan yang harus kembali hilang. Meskipun akhirnya, di sini aku yang lagi-lagi tersakiti. Seandainya saja kamu bisa jadi aku. Untuk merasakan sakit yang aku rasa karenamu. Tentang seseorang yang selalu menangis, karena orang yang aku cinta, begitu tega menikam dan bertingkah sangat sadis. Seandainya kamu mengerti diamku. Bukan ber...

Senja yang Cemburu

Senja yang Cemburu Pada gemintang yang merayu Memeluk senja begitu syahdu Mencintai adalah tentang rasa Pertemuan kita ibaratkan cinta Bayang semu seperti kata ikatan  Genggaman tangan seolah menjauh  Senyum dan tawamu sebuah saksi  Kata merelakan tidak pernah ada  Yang ada hanya sisa cemburu Perihal rasa yang tak bertemu Apakah kamu pernah melihat  Kumbang yang tak bersayap ia begitu pesakitan dengan lukanya,  selayaknya seorang kekasih  yang kehilangan pelukan hangat cinta Andai semuanya masih sama  Mungkin tempat ini akan berbeda Tidak lagi terkutuk pada kesendirian. Indie Sunandri, 2023

RASAKU

Hariku indah, ketika kicauan burung menyapa merdu di telinga. Ketika hujan terang, muncul lah pelangi. Ketika kamu menyapaku dengan puisi. Yang berkedok pengagum rahasia.  Lucunya cerita itu jika kuingat-ingat..  Dan lebih lucunya aku tak merasa kalau puisi yang kamu tulis ditujukan untukku. Yahh... Bisa di bilang aku makhluk yang tak peka..   Padahal kamu tak tahu di hati ini berharap. Kapan ya, aku punya pengagum rahasia? Kapan ya, aku dibuatin puisi romantis? Kataku dalam hati..  Perkenalan tanpa sengaja  Ocehan yang tak berfaedah Gurauan yang sangat receh Itu saja sudah berkesan..  Apalagi sekarang saat kita berbincang via suara..  Tanpa kita sadari dari musibah  Kita semakin dekat dan melekat Semakin berhasrat dan memikat. Rasa yang semakin besar berkobar Tanpa sadar cinta kita pun semakin mekar. Wahai tuan Kau tahu rasaku semakin tak karuan Jiwaku tak beraturan, karena cintamu bikin aku kecanduan Aku tersesat dengan cintamu Aku terbuai ...