Tidak apa-apa jika saat ini kamu lebih memilih untuk tidak bersama siapa pun.
Sampai semua lukamu sembuh, seiring dengan ihklas yang dapat kamu terima.
Memilih sendiri tidak selalu terkesan mebosankan.
Terkadang kita memang harus sendiri.
Sebab ketenangan adalah kebutuhan hakiki untuk setiap manusia.
Aku tahu ini semua tidaklah mudah untuk mu.
Lagi-lagi kamu di pertemukan dalam situasi yang harus berdamai dengan keadaan, merapikan remu-remuknya sendirian.
Setelah gagal yang berulangkali terulang kembali.
Lagi pula gagal bukan berarti sebuah undangan untuk mencoba kembali.
Terkadang hal seperti ini memang di ijinkan untuk terjadi. Semesta punya caranya sendiri untuk mengajarkan kita. Bahwa kita adalah manusia yang sangat terbatas.
Manusia itu semu, seperti uap. Sesaat ada, sesaat lagi bisa hilang.
Jadi aku harap, kamu bisa berhenti menuntut diri sendiri untuk selalu sempurna.
Kita cuman punya dua tangan, hanya bisa menggenggam secukupnya.
Gentakiswara pernah mengatakan di dalam salah satu bukunya yang berjudul Nelangsa " Tidak perlu berpikir mengenai cara untuk bangkit dan melupakan, karena beberapa hubungan yang telah kau rajut, memang harus kau relakan untuk berlanjut dalam kenangan saja".
Gentakiswara berhasil menyihir pembaca dengan sentuhan diksi yang berbalut emosi.
Alur cerita yang di sajikan memberikan makna yang dalam.
Sentuhan katanya memberikan daya magis tersendiri untuk kebutuhan pembacannya.
Ia berhasil menyusun satu paragraf yang samar menjadi utuh dengan satu kalimat yang bergaung ihklas.
Tentang rela yang seharusnya di rengkuh, bukan dengan paksa tapi dengan kesadaran.
Gentakiswara lagi-lagi berhasil menjadikan buku sebagai teman cerita, sekaligus teman berjuang bangkit dari patah hati.
Buku Nelangsa Gentakiswara ini pantas kau jadikan satu kesatuan dalam upacara sebelum tidurmu.
Sebab apa yang telah berlalu, kita hanya perlu menerimanya sebagai sejarah dalam hidup ini.
Tentu kita lebih mengerti, perihal apa saja yang sudah kita lakukan, serta pertaruhkan dalam mempertahankan suatu hubungan.
Perasaan kecewa yang terkadang membuat kita sulit untuk menerima kenyataan yang ada.
Perpisahan memang menakutkan, ia hadir untuk merampas banyak bahagia.
Tapi, perpisahan adalah kepastian dalam kehidupan. Berlari untuk menolak perpisahan sama saja menolak kepastian.
Kita semua tentu akan mengalami itu, hanya waktunya saja yang berbeda.
Beberapa patah memang harus di terima sebagai wejangan.
Iya juga Guru terbaik untuk mendewasakan kita.
Sekaligus obat pahit yang menyadarkan kita.
Bahwa jatuh memang harus seperlunya saja.
Karna yang berlebihan adalah maut yang dapat membinaskan jiwa.
Wajar saja, ada yang sampai mati rasa.
Jadi jika kamu sudah sangat capek dalam keadaan yang seperti ini terus.
Lain kali jangan terlalu dalam ya mencintai seseorang.
Sembuhnya susah, trauma nya lama.
Secukupnya saja.
-Lingga Annar.
Komentar
Posting Komentar