Saya benar-benar lelah dengan situasi sekarang.
Keadaan terlalu banyak nuntut.
Padahal kapasitas saya tidak sebesar harapan mereka.
Pundak saya tidak sekuat karang.
Sabar saya tidak seluas samudera.
Badan pengen isitirahat, tapi dunia malah ngajak lari terus.
Lalai sedikit, semakin ketinggalan jauh.
Usia makin bertambah, pencapaian cuma gini-gini aja.
Masih jadi beban.
Apa kalian juga ngerasain di posisi kaya gini?
Hidup yang stagnan, monoton.
Capeknya melebihi patah hati karna cinta.
Apa lagi kita yang hidup sendirian, anak rantau.
Gagal di pekerjaan, dalam pertemanan juga jadi beban.
Wajarsih kalau teman-teman kita pada menjauh.
Karna hidup kita gak bisa memberikan kontribusi untuk mereka.
Hidup itu harus realistis.
Hubungan itu simbiosis mutualisme. Bohong banget jika dalam pertemanan tidak ada konsep yang seperti itu.
Dunia gak selalu butuh dukungan moril.
Lebih condongnya ke materi.
Sekali, dua kali. Mungkin mereka akan ada di sampingmu.
Tapi, itu gak bertahan lama.
Mereka juga manusia, empatinya bisa habis.
Masalah satu belum selesai, ada lagi masalah baru.
Hari esok nanti gimana ya?
Rasanya saya sudah lupa kapan terakhir kalinya dapat tertidur dengan tenang, tanpa mikirin hari esok.
Kehidupan udah gak bisa di ajak kompromi.
Hidup ini terlau keras untuk kita yang gak punya bekingan.
Kalau duit habis, kerjaan macet.
Token listrik bunyi.
Tagihan bulanan semakin mendekat.
Bonyok di kepala rasanya udah sulit sekali untuk di ceritakan.
Isinya udah kaya benang kusut, saling jambak-jambakan.
Buntu, hanya ada keributan.
Gak mudahkan jadi saya.
Jangan luarnya saja kamu lihat enak.
Apa-apa harus sendiri.
Sakit aja harus maksain,
Kalau gak gerak ya tewas.
Nama juga bertahan hidup.
Cuman bisa ngandalin diri sendiri.
Kadang saya mikir, kenapa ya orang-orang itu susah sekali untuk bersyukur.
Apa karna mereka terlalu mudah untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan?
Mendapatkan sesuatu dengan cuma-cuma, tanpa adanya sebuah perjuangan.
Di kasik jajan sama orang tuanya ngeluh, katanya terlalu sedikit.
Padahal uang bulanan tetap jalan , duit habis tinggal laporan. Gak perlu nunggu lama lansung di tranfansfer.
Lagi pula itu bukan sedikit, gaya hidupnya aja yang terlalu mahal.
Kalau di bandingin soal hidup memang gak ada habis-habisnya.
Tapi setidaknya mereka bisa bersyukur bisa mendapatkan sesuatu dengan begitu mudah.
Mereka orang-orang yang beruntung.
Gak perlu capek-capek mikirin masa depan.
Semua sudah di fasilitasi sama orang tuanya.
Pengen pensiun jadi manusia, tapi gak siap mati.
Hahaa....
Belum selesai dengan diri sendiri, harus nyusun skenario terbaik untuk ketemu orang-orang.
Tampil piawai dengan bijaksana.
Seolah semuanya baik-baik aja.
Mereka datang dengan segunung masalahnya.
Ceritanya juga gak jauh-jauh soal percintaan.
Kebanyakan itu-itu saja.
Beginilah saya, hebat menjadi renjana untuk lukanya mereka.
Padahal diri sendiri butuh pertolongan lebih serius dari soal percintaan saja.
Trus kalau udah pulang, cuman bisa meluk guling, ngeluh capek. Guling aja sampe bosan dengarin saya nangis.
Untuk diriku, makasih ya udah setia sama saya.
Walau saya gak hebat dalam membahagiakan kamu.
Terimkasih udah tetap berjuang dengan tenaga yang tersisa.
Terimakasih masih di ijinkan jadi Tuanmu.
Mari terus bersama.
Perjalanan masih sangat panjang untuk di tangisi dan di kubur sampai disini.
-Lingga Annar
Komentar
Posting Komentar