Langsung ke konten utama

FASE KERESAHAN

 


Menulis adalah cara saya mengungkapkan apa yang sedang saya rasakan.

Terhadap suatu keadaan dalam perjalanan kehidupan. Sering juga saya meluapkan kekesalan didalam tulisan.

Dimulai merasa terinjak, terjatuhkan bahkan benci sering ku luapkan disana.


Pernah suatu ketika saya ngerasa di jatuhkan, atas apa yang saya tuangkan dalam tulisan.

Katanya " Naskahmu sampah, bilangin sama yang bantuin revisi tulisanmu, dan satu hal gak usah di cantumin namamu sama yang bantuin revisinya kalau tulisanmu masih seperti itu".

Padahal kalau boleh di lihat secara keseluruhan, dia hanya bisa bacain karya orang lain saja.

Mendapat pengakuan dari dunia literasi virtual. Sudah pandai mengomentari karya orang lain secara brutal.

Saya akui memang dia seorang seniman.

Saya juga tidak menutup bahwa suara dia dalam membaca sudah dimasukan kategori yang lumayan.

Tapi jika kita bawa ke ranah sastrawan.

Seorang penulis terkenal sekalipun tidak ada kuasa sama sekali untuk menjelek - jelekan karya orang lain. Apalagi membajak karya orang lain tanpa seizin yang menulis. Itu sudah menjadi undang undang yang tertulis.


Saya pernah bicara dalam tulisan saya sebelumnya. Saya bukanlah seorang penulis yang terlahir di dunia akademis.

Tapi bukankah tidak etis seseorang yang sudah mengerti dunia nulis, mengomentari karya orang lain secara anarkis ?

Saya juga pernah bilang, jika tidak suka tulisan saya gak usah dibaca.

Jika tidak suka cara baca saya gak usah di dengar. Namun lagi - lagi dunia virtual ini sangat meresahkan. Semakin di puji semakin tinggi. Semakin di akui tak tahu balas budi. 

Ya begitulah penyair berkalung handsfree.

Mungkin juga suatu saat ada yang mengkritik tulisan ini. Ada yang tak suka tulisan ini. Tak mengapa, tak usah kalian baca, cukup di cerna saja.

Ingat perihal padi !! 

Semakin berisi semakin merunduk.

Itulah ilmu yang seharusnya kita bisa maknai. Harusnya kita sadar, kita apasih dimata tuhan ?

Kita sudah seperti apa sih di mata tuhan ?

Kita kecil, sangat kecil.

Jika tuhan saja tidak sombong atas kuasanya, kenapa kita yang hanya baru bisa merangkak sudah besar kepala ?


Ayolah !! sadari hal itu saja.

Biar kita bisa hidup tenang dan banyak di sukai orang - orang.

Gak punya banyak musuh enak kan ?

Alangkah baiknya jika kita sudah pintar itu saling berbagi, bukan saling menjatuhkan.

Kali ini memang saya tidak sedang menulis tulisan percintaan.

Saya ingin menulis tulisan untuk saling mengingatkan.

Untuk seluruh teman - teman yang berkecimpung di dunia penulisan.

Jangan lagi saling mencela ya !!

Kita ini mahluk sosial pasti saling membutuhkan. Penulis tidak akan jadi seorang penulis jika tidak ada pembacanya, begitupun sebaliknya.


Mungkin cukup sekian tulisan ini saya buat, sekedar menulis keresahan yang sedang rasakan sekarang.

Jika kurang berkenan mohon dimaafkan.

Karena sejatinya saya hanya manusia biasa yang tidak jauh dari tempatnya kesalahan.

Salam literasi dari saya Riadi komara.


_Goresan Pena_

_Riadi komara_

_Tasikmalaya, 15 Agustus 2023_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seandainya Saja

Seandainya saja kamu mengerti, bahwa setiap perkataan adalah doa dan setiap perbuatan akan ada balasan. Termasuk menyakiti hati yang sedang berusaha membahagiakan. Seandainya saja kamu pun tahu, bahwa sudah seharusnya kau berubah jadi versi terbaikmu, meski kata itu sekarang bukan untuk diriku. Tapi kuharap tiada lagi korban dari permainanmu. Seandainya saja kamu mengingat, di mana masa lalu masih melekat dengan erat. Waktu itu kamu dan aku bertemu di tempat sepi yang kuberi nama ruang rindu. Hingga akhirnya kita saling mengenal. Meskipun akhirnya cerita kita belum sempat selesai. Seandainya saja kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang, tentang kenangan yang harus kembali hilang. Meskipun akhirnya, di sini aku yang lagi-lagi tersakiti. Seandainya saja kamu bisa jadi aku. Untuk merasakan sakit yang aku rasa karenamu. Tentang seseorang yang selalu menangis, karena orang yang aku cinta, begitu tega menikam dan bertingkah sangat sadis. Seandainya kamu mengerti diamku. Bukan ber...

RASAKU

Hariku indah, ketika kicauan burung menyapa merdu di telinga. Ketika hujan terang, muncul lah pelangi. Ketika kamu menyapaku dengan puisi. Yang berkedok pengagum rahasia.  Lucunya cerita itu jika kuingat-ingat..  Dan lebih lucunya aku tak merasa kalau puisi yang kamu tulis ditujukan untukku. Yahh... Bisa di bilang aku makhluk yang tak peka..   Padahal kamu tak tahu di hati ini berharap. Kapan ya, aku punya pengagum rahasia? Kapan ya, aku dibuatin puisi romantis? Kataku dalam hati..  Perkenalan tanpa sengaja  Ocehan yang tak berfaedah Gurauan yang sangat receh Itu saja sudah berkesan..  Apalagi sekarang saat kita berbincang via suara..  Tanpa kita sadari dari musibah  Kita semakin dekat dan melekat Semakin berhasrat dan memikat. Rasa yang semakin besar berkobar Tanpa sadar cinta kita pun semakin mekar. Wahai tuan Kau tahu rasaku semakin tak karuan Jiwaku tak beraturan, karena cintamu bikin aku kecanduan Aku tersesat dengan cintamu Aku terbuai ...

Senja yang Cemburu

Senja yang Cemburu Pada gemintang yang merayu Memeluk senja begitu syahdu Mencintai adalah tentang rasa Pertemuan kita ibaratkan cinta Bayang semu seperti kata ikatan  Genggaman tangan seolah menjauh  Senyum dan tawamu sebuah saksi  Kata merelakan tidak pernah ada  Yang ada hanya sisa cemburu Perihal rasa yang tak bertemu Apakah kamu pernah melihat  Kumbang yang tak bersayap ia begitu pesakitan dengan lukanya,  selayaknya seorang kekasih  yang kehilangan pelukan hangat cinta Andai semuanya masih sama  Mungkin tempat ini akan berbeda Tidak lagi terkutuk pada kesendirian. Indie Sunandri, 2023