Langsung ke konten utama

HILANG INI MILIKNYA SIAPA?


 

Aku sering bertengkar dengan isi di dalam kepalaku.

Ketika kusut berkali-kali menjelma rindu.

Dengan segelas kopi hangat, di temani celoteh hujan.

Aku menulis sajak yang tak sempat ku selesaikan kepada dewi cinta.


Beberapa kali kenangan mengusik, seperti peluru yang berdesing.

Melumat kisah yang sebenarnya memang tak pernah utuh.

Aku bertengkar dengan hebatnya, di saat malam menyembunyikan gelapnya di pelupuk matamu.

Tapi kau tetap jumawa, menunjuk-nunjuk bintang yang katamu. Nelangsa itu tak ber-Tuan.

Kau kalah, aku juga kalah.

Maka hilang sebenarnya milik siapa?


Hilang hanyalah sebuah kekalahan tanpa pemenang.

Kita sama-sama mengaminkan tinggi, kemudian bertolak diri.

Walaupun kita pernah menjadi sepasang rahasia pada sebuah puisi yang paling sepi.

Bahagia bukan hanya milik kita saja, nestapa selalu berjalan di sela-sela waktu yang sibuk.

Mencuri tempat, merampas tawa.


Maka tak salah, ketika daun-daun itu gugur merunduk. Sebab sudah waktunya.

Yang tergenggam, memang harus di lepaskan.

Meski simpul sudah erat kau ikatkan.

Kau wanita yang bermata puisi.

Napasmu membanting sunyi, mendayung sampan, melabuh riak.

Ada yang datang kau berteriak..

"Lautmu akan mati, dayungmu akan patah, kau akan kehilangan pesisir tujuan."

Awalnya aku tak sanggup mengeja maksudmu.


Bahwa sebenarnya, kau memang tak pernah menjanjikan apapun.

Kau merendah untuk tidak di tinggikan.

Kau berkata, kau tidak seindah itu untuk di perjuangkan.

Kau berasumsi, yang bisa kau berikan hanyalah luka.


Hey... untuk apa saling menuduh mengijabkan sangka?

Jika kita bisa meneduh melaraskan cinta.

Kau terlalu pecundang, untuk berjuang menyelamatkan rasa.

Dan benar adanya, ketakutanmu telah meniadakan kita.



-Lingga Annar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seandainya Saja

Seandainya saja kamu mengerti, bahwa setiap perkataan adalah doa dan setiap perbuatan akan ada balasan. Termasuk menyakiti hati yang sedang berusaha membahagiakan. Seandainya saja kamu pun tahu, bahwa sudah seharusnya kau berubah jadi versi terbaikmu, meski kata itu sekarang bukan untuk diriku. Tapi kuharap tiada lagi korban dari permainanmu. Seandainya saja kamu mengingat, di mana masa lalu masih melekat dengan erat. Waktu itu kamu dan aku bertemu di tempat sepi yang kuberi nama ruang rindu. Hingga akhirnya kita saling mengenal. Meskipun akhirnya cerita kita belum sempat selesai. Seandainya saja kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang, tentang kenangan yang harus kembali hilang. Meskipun akhirnya, di sini aku yang lagi-lagi tersakiti. Seandainya saja kamu bisa jadi aku. Untuk merasakan sakit yang aku rasa karenamu. Tentang seseorang yang selalu menangis, karena orang yang aku cinta, begitu tega menikam dan bertingkah sangat sadis. Seandainya kamu mengerti diamku. Bukan ber...

RASAKU

Hariku indah, ketika kicauan burung menyapa merdu di telinga. Ketika hujan terang, muncul lah pelangi. Ketika kamu menyapaku dengan puisi. Yang berkedok pengagum rahasia.  Lucunya cerita itu jika kuingat-ingat..  Dan lebih lucunya aku tak merasa kalau puisi yang kamu tulis ditujukan untukku. Yahh... Bisa di bilang aku makhluk yang tak peka..   Padahal kamu tak tahu di hati ini berharap. Kapan ya, aku punya pengagum rahasia? Kapan ya, aku dibuatin puisi romantis? Kataku dalam hati..  Perkenalan tanpa sengaja  Ocehan yang tak berfaedah Gurauan yang sangat receh Itu saja sudah berkesan..  Apalagi sekarang saat kita berbincang via suara..  Tanpa kita sadari dari musibah  Kita semakin dekat dan melekat Semakin berhasrat dan memikat. Rasa yang semakin besar berkobar Tanpa sadar cinta kita pun semakin mekar. Wahai tuan Kau tahu rasaku semakin tak karuan Jiwaku tak beraturan, karena cintamu bikin aku kecanduan Aku tersesat dengan cintamu Aku terbuai ...

Senja yang Cemburu

Senja yang Cemburu Pada gemintang yang merayu Memeluk senja begitu syahdu Mencintai adalah tentang rasa Pertemuan kita ibaratkan cinta Bayang semu seperti kata ikatan  Genggaman tangan seolah menjauh  Senyum dan tawamu sebuah saksi  Kata merelakan tidak pernah ada  Yang ada hanya sisa cemburu Perihal rasa yang tak bertemu Apakah kamu pernah melihat  Kumbang yang tak bersayap ia begitu pesakitan dengan lukanya,  selayaknya seorang kekasih  yang kehilangan pelukan hangat cinta Andai semuanya masih sama  Mungkin tempat ini akan berbeda Tidak lagi terkutuk pada kesendirian. Indie Sunandri, 2023