Kau asing, sudah tak ada kata antara kita. Bisu dibawa masa. Tawamu bukan aku lagi alasannya. Katamu "mari mereka peta masing-masing"
Di saat segala cerita di kota ini tentang kita, tua berdua dan segala masa depan penuh warna.
Lenyap, semuanya berubah kala kita sudah tak searah.
Hilang. Sudah tak ada kabar tiap pagi datang. Tak ada lagi kalimat penenang kala malam-malam yang penuh kemelut. Senyap. Tak lagi ku dengar riuh tawa atau keluh serta rengek beserta dengkuran kala terlelap.
Sepi, amat sunyi, aku sendirian. Membuat isi kepalaku berhamburan merajai setiap ruang.
Malam ini pun menjadi waktu untuk aku meramu kenangan yang lalu. Kembali pada moment penuh riuh akan bahagia serta luka. Pada saat kata 'kita' masih ada. Dimana akulah penyebab tawamu satu-satunya. Aku rumah bagi segala resahmu.
Meski kini kau hanya bisa aku lihat dalam ingatan yang sewaktu-waktu berterbangan. Atau kala malam tiba disaat ribuan bintang mengukir parasmu yang terlihat jelas pada retinaku.
Aku kemas tentangmu sebegitu rapi—kenangan yang akan abadi didiri ini.
Kau akan slalu ada,
Meski hanya hinggap di kepala.
Setiap 'masa' akan slalu ada kamu didalamnya.
-Lm
14 Juli 2023. (Bumi)
Komentar
Posting Komentar