Langsung ke konten utama

KATA MEREKA

 


Saya adalah pribadi yang multitafsir, bisa juga kontradiksi.

Kepala saya puitis, darah saya tinta, mata saya pena, tubuh saya kertas.

Saya sering di butuhkan mereka, untuk kepentingan bercerita.

Saya buta arah, tapi tidak buta huruf.

Saya terkadang melankolis, bisa juga sangunis.

Tergantung bagaimana saya di tempatkan.


Rumah saya puisi.

Tempat yang diam ketika hingar menghambat. Puisi adalah jalur keluar ketika tersesat mencari jalan. Puisi adalah jawaban, di waktu pertanyaan tak pernah berhenti berasak-asak.

Puisi adalah teman cerita ketika lisan tak mampu bersua.


Rumah saya puisi.

Dimana segala kata-kata menyatu dalam irama.

Dan berakhir sama dalam sebuah rima.

Saya mewakili berbagai suara, yang menjadikan saya sebagai media untuk berbicara.

Saya bisa lembut, bisa juga kasar.


Saya tidak cukup mudah untuk di pahami.

Isi kepalanya hutan belantara.

Hidupnya adalah kata-kata yang membingungkan.

Suaranya adalah alunan dari sekumpulan ilusi.

dan perjalanan dari berbagai rasa.

Tapi banyak yang mencintai saya.


Kata mereka, saya merdeka.

Kata mereka, saya adalah kebebasan dalam berekpresi.

Kata mereka, saya adalah perjuangan.

Kata mereka, saya adalah luka.

Kata mereka, saya adalah bahagia.

Kata mereka, saya adalah bentuk paling mutlak di dalam seni.

kata mereka, saya adalah abadi itu sendiri.

Saya berteman dengan siapapun.

Saya tidak rasis, saya tidak mencari peruntungan dari manapun.

Tapi orang-orang sering salah dalam menggunakan saya untuk kepentingan mereka.

Saya hidup dalam satu kesatuan di antara inspirasi juga imajinasi.

Saya lahir dari rahim diksi.

Saya di kelompokan berdasarkan setiap zaman.

Kata mereka, saya Balada yang mengisahkan tentang cerita rakyat yang mengharukan.

Kata mereka, saya Gita Puja yang bernyanyi memberikan pujian kepada Tuhan juga Dewa.

Kata mereka, saya Epigram yang memberikan ajaran kehidupan.

Kata mereka, saya Romansa yang mewakili untuk mengungkapkan cinta kasih, perasaan bahagia.

Kata mereka, saya Elegi yang dapat mewakili perasaan duka.

Kata mereka, saya Satire yang memberikan sindiran, kritik dalam bentuk ironis, sarkas, juga parodi.


Dan saya adalah puisi itu sendiri, mahakarya yang tak pernah lekang di makan waktu.

Saya adalah sastra.

Saya ada di setiap masa.

Saya liar, tak bisa di nalar.

Saya itu pengertian bukan mengerti.

Saya itu lembut bila bersambut.

Saya itu seni yang berarti.

Saya tercipta dengan estetika, dari ragam bahasa yang padu.

Saya adalah sebagaimana yang kau pahami.


-Lingga Annar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seandainya Saja

Seandainya saja kamu mengerti, bahwa setiap perkataan adalah doa dan setiap perbuatan akan ada balasan. Termasuk menyakiti hati yang sedang berusaha membahagiakan. Seandainya saja kamu pun tahu, bahwa sudah seharusnya kau berubah jadi versi terbaikmu, meski kata itu sekarang bukan untuk diriku. Tapi kuharap tiada lagi korban dari permainanmu. Seandainya saja kamu mengingat, di mana masa lalu masih melekat dengan erat. Waktu itu kamu dan aku bertemu di tempat sepi yang kuberi nama ruang rindu. Hingga akhirnya kita saling mengenal. Meskipun akhirnya cerita kita belum sempat selesai. Seandainya saja kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang, tentang kenangan yang harus kembali hilang. Meskipun akhirnya, di sini aku yang lagi-lagi tersakiti. Seandainya saja kamu bisa jadi aku. Untuk merasakan sakit yang aku rasa karenamu. Tentang seseorang yang selalu menangis, karena orang yang aku cinta, begitu tega menikam dan bertingkah sangat sadis. Seandainya kamu mengerti diamku. Bukan ber...

RASAKU

Hariku indah, ketika kicauan burung menyapa merdu di telinga. Ketika hujan terang, muncul lah pelangi. Ketika kamu menyapaku dengan puisi. Yang berkedok pengagum rahasia.  Lucunya cerita itu jika kuingat-ingat..  Dan lebih lucunya aku tak merasa kalau puisi yang kamu tulis ditujukan untukku. Yahh... Bisa di bilang aku makhluk yang tak peka..   Padahal kamu tak tahu di hati ini berharap. Kapan ya, aku punya pengagum rahasia? Kapan ya, aku dibuatin puisi romantis? Kataku dalam hati..  Perkenalan tanpa sengaja  Ocehan yang tak berfaedah Gurauan yang sangat receh Itu saja sudah berkesan..  Apalagi sekarang saat kita berbincang via suara..  Tanpa kita sadari dari musibah  Kita semakin dekat dan melekat Semakin berhasrat dan memikat. Rasa yang semakin besar berkobar Tanpa sadar cinta kita pun semakin mekar. Wahai tuan Kau tahu rasaku semakin tak karuan Jiwaku tak beraturan, karena cintamu bikin aku kecanduan Aku tersesat dengan cintamu Aku terbuai ...

Senja yang Cemburu

Senja yang Cemburu Pada gemintang yang merayu Memeluk senja begitu syahdu Mencintai adalah tentang rasa Pertemuan kita ibaratkan cinta Bayang semu seperti kata ikatan  Genggaman tangan seolah menjauh  Senyum dan tawamu sebuah saksi  Kata merelakan tidak pernah ada  Yang ada hanya sisa cemburu Perihal rasa yang tak bertemu Apakah kamu pernah melihat  Kumbang yang tak bersayap ia begitu pesakitan dengan lukanya,  selayaknya seorang kekasih  yang kehilangan pelukan hangat cinta Andai semuanya masih sama  Mungkin tempat ini akan berbeda Tidak lagi terkutuk pada kesendirian. Indie Sunandri, 2023