Langsung ke konten utama

KAU PEMERAN PERTAMA DALAM SETIAP GORESAN KATA



pada keheningan malam aku mengadu kepada hamparan rindu.

Menapaki isi kepala yang hampir saja kewalahan menampung segala tentangmu.

Benar aku jatuh cinta pada sosokmu yang sempurna,

Kau mengelabui mata menjamaah dari setiap goresan kata.

Terbaca dan bercerita aku suka mengamatimu sejak lama.

Merumuskan rasa dalam setiap bab halaman kisahnya.

Aku suka caramu berbicara,

Seketika duniaku di penuhi udara segar aku menghirup dengan perasaan bahagia.

Suaramu bagaikan oksigen ketika polusi udara dunia menyesakan dada.

Kau berwarna lebih indah dari senja tak tergambarkan oleh pena.

Kau begitu ramai kehadiranmu di sambut keheningan duniaku saat itu.

Kau membius dengan racun cintamu yang abadi,

Namun kau juga sang penawar saat aku hampir mati terkapar.


Telah aku jadikan langit sebagai perantara di antara doa-doaku sepanjang malam.

Aku menyukai hal-hal kecil yang mungkin sama sekali tak kau sadari.

Entah sejak kapan tulisanku ini menjadikanmu pemeran utamanya.

Aku suka dengan suaramu yang merdu,

Tawamu yang lucu,

Dan sifatmu yang sederhana.

Aku hampir saja kehilangan inspirasi menuliskan tentangmu.

Entahlah,

Kau terlalu sempurna untuk melengkapi sang penulis amatir seperti aku ini.

Sudahlah, jangan terus menyerang pikiranku dengan dimensi duniamu.

Cukup hatiku saja yang sudah karam di pelabuhan dasar cintamu.


Duniaku saat ini di penuhi dengan harimu yang meramaikan.

Kadar cintamu telah melampaui batas sebagai manusia.

Malamku sudah kalah kau bantai dengan cinta,

Siang hariku telah kau rampas dengan memberikan warna indah.

Lantas apa lagi yang aku punya?

Sebut saja kamu,

Aku hanya memilikimu yang bisa ku andalkan sebagai pemeran utama di kehidupanku saat ini.

Kita pelan-pelan yaa sebab cintamu terlalu gigih berjuang di kepalaku.

Hatiku saja kau buat luluh lantah,

Lalu bagaimana pikiranku yang tak henti-henti kau berikan jeda.


Atas perasaan suka, cintamu menyerangku membabi buta.

Kau tancapkan panah-panah asmara membuat aku berkecambuk rasa.

Gila,

Kau lebih berbahaya dari badai yang pernah ku temui saat sore hari.

Riuhmu bukan angin saja,

Tapi membuatku melayang-layang menembus ke segala penjuru angkasa.

Kau telah mempora-porandakan jagat raya seisi duniaku berkabung bahagia.

Untuk pertama kalinya aku jatuh sedalam ini perkara cinta kau memang sang juara.

Aku menyerah saja,

Sebab mana mungkin aku rela melepaskanmu yang membuat isi duniaku gembira..


Dy.

Juli.2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seandainya Saja

Seandainya saja kamu mengerti, bahwa setiap perkataan adalah doa dan setiap perbuatan akan ada balasan. Termasuk menyakiti hati yang sedang berusaha membahagiakan. Seandainya saja kamu pun tahu, bahwa sudah seharusnya kau berubah jadi versi terbaikmu, meski kata itu sekarang bukan untuk diriku. Tapi kuharap tiada lagi korban dari permainanmu. Seandainya saja kamu mengingat, di mana masa lalu masih melekat dengan erat. Waktu itu kamu dan aku bertemu di tempat sepi yang kuberi nama ruang rindu. Hingga akhirnya kita saling mengenal. Meskipun akhirnya cerita kita belum sempat selesai. Seandainya saja kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang, tentang kenangan yang harus kembali hilang. Meskipun akhirnya, di sini aku yang lagi-lagi tersakiti. Seandainya saja kamu bisa jadi aku. Untuk merasakan sakit yang aku rasa karenamu. Tentang seseorang yang selalu menangis, karena orang yang aku cinta, begitu tega menikam dan bertingkah sangat sadis. Seandainya kamu mengerti diamku. Bukan ber...

RASAKU

Hariku indah, ketika kicauan burung menyapa merdu di telinga. Ketika hujan terang, muncul lah pelangi. Ketika kamu menyapaku dengan puisi. Yang berkedok pengagum rahasia.  Lucunya cerita itu jika kuingat-ingat..  Dan lebih lucunya aku tak merasa kalau puisi yang kamu tulis ditujukan untukku. Yahh... Bisa di bilang aku makhluk yang tak peka..   Padahal kamu tak tahu di hati ini berharap. Kapan ya, aku punya pengagum rahasia? Kapan ya, aku dibuatin puisi romantis? Kataku dalam hati..  Perkenalan tanpa sengaja  Ocehan yang tak berfaedah Gurauan yang sangat receh Itu saja sudah berkesan..  Apalagi sekarang saat kita berbincang via suara..  Tanpa kita sadari dari musibah  Kita semakin dekat dan melekat Semakin berhasrat dan memikat. Rasa yang semakin besar berkobar Tanpa sadar cinta kita pun semakin mekar. Wahai tuan Kau tahu rasaku semakin tak karuan Jiwaku tak beraturan, karena cintamu bikin aku kecanduan Aku tersesat dengan cintamu Aku terbuai ...

Senja yang Cemburu

Senja yang Cemburu Pada gemintang yang merayu Memeluk senja begitu syahdu Mencintai adalah tentang rasa Pertemuan kita ibaratkan cinta Bayang semu seperti kata ikatan  Genggaman tangan seolah menjauh  Senyum dan tawamu sebuah saksi  Kata merelakan tidak pernah ada  Yang ada hanya sisa cemburu Perihal rasa yang tak bertemu Apakah kamu pernah melihat  Kumbang yang tak bersayap ia begitu pesakitan dengan lukanya,  selayaknya seorang kekasih  yang kehilangan pelukan hangat cinta Andai semuanya masih sama  Mungkin tempat ini akan berbeda Tidak lagi terkutuk pada kesendirian. Indie Sunandri, 2023