Langsung ke konten utama

MENDULANG USIA





 Derit sepatu karet berirama pilu muncul dari depan pintu

Ketukan-ketukan ragu menyusul-menyahut pada daun kayu

Sejenak senyap, sebelum kemudian tuas ditarik ke bawah

Mempersila masuk segala yang tersingkap tanpa suara


Udara dingin dan aroma musim gugur merangkak melalui bingkai jendela

Tapi cahaya putih menyembur tanpa sopan santun ke dalam rumah

Sejenak netra hilang kemampuannya

Hingga samar-samar jelaslah sosok utamanya


Umur yang baru

Di sana dia, di depan pintu 

Memandang dengan nyalang

Antara mengancam atau ragu (?)


"Tamu-mu," bisikku.


Lalu kau mengerjap heran, sembari melempar tatapan dari irismu yang kelam sebagai pertanyaan


Ketika itu, aku ingin sekali menjelaskan padamu dengan syahdu yang semestinya bermukim tetap pada dadaku

Dengan senyum lembut yang harusnya terpilin lebih rapat agar tak mudah luruh

Dengan hangatnya tubuh

Tarikan napas yang merdu


Aku memelukmu sambil melantunkan lagu bertajuk dewasa yang tak menunggu

Mengantarmu terpejam lalu mengecupi bergantian dua pipi dan kelopak matamu


"Aku ingin kau menghirup dalam-dalam bau masam ku," batinku yang menggelegak menyihir kau untuk patuh.


Lalu dengan mengecup lama dahimu, aku memberi petuah serupa Ibu 


"

Sayangku,

Yang tiada lagi kekasih lebih kukasihi darimu

Yang ku sayangi dengan utuh meski harus merimpuh

Yang tetap ku kucintai dalam tirisnya seluruh riuh dan jenuh


Kita semestinya tau, belia bukan lagi hal yang kita rengkuh.

Masa berjalan. Bumi berputar. Mimpi berganti.

Menjadi tetap pada hal yang tak berproses membuat dunia hanya memakamkan harapan baik lebih banyak.


Bukankah kita telah terlalu banyak mengeluh sayangku?

Bukankah pencapaian orang lain kerap membuat kita meringkuk layu?


Waktu tak akan lagi tersenyum 

Menyajikan fatamorgana hidup damai sentosa tanpa usaha apa-apa

Dan bisa jadi aku tak akan lagi mampu maklum

Ketika tantrum sengaja kau susun menjadi granat yang memecahkan hatiku dari dalam


Sayangku,

Aku ingin menyelami isi kepalamu hingga dasar tergelap

Seperti aku ingin mendiami hatimu hingga jauh ke syaraf

Membaca kerasmu dengan selalu lembut

Menerima kasarmu dengan senantiasa luput


Namun sayangku,

Umur kita terus bertambah

Keliru jika ego adalah satu-satunya hal yang paling bersedia untuk kita sembah

Takhluk dengan amarah yang membabi buta nyatanya jauh dari definisi dewasa


Kasihku yang ku sayangi segenap hati dan jiwa

Betapa aku ingin saja menjadi udara

Meringankan langkahmu yang begitu berat kau ucap di lidah

Yang katamu terlalu sesak dan menyakitkan

Penuh luka dan ketidakadilan


Aku sedia menjadi apapun agar kau sekali saja mampu benar-benar berupaya

Dengan tidak gagal atau lagi-lagi mengeluh kalah

Tapi ketakutan akan melukai perasaanmu lebih bisa menjadikan aku apa saja


Maka, dengarkan ini

Sayangku yang kucinta dengan segala ada

Di umur yang bertambah kali ini, terimakasih sudah bersedia membagi waktu bahagia bersama

Terimakasih telah banyak berusaha untuk segala upaya yang sering aku bilang sia-sia

Terimakasih masih bersedia menyelaraskan degup dengan ritme yang aku punya


Rasa syukurku tak terbendung untuk hadirmu

Barangkali, jika terlalu sering diucapkan malah serupa kaset rusak di telingamu yang kerap terbuka lebar

Meski dalam perjalanan ini bisa jadi aku lebih banyak lukanya, namun perlu kau tau, bahwa aku juga lebih banyak bahagianya


Walaupun pada akhirnya palet kita bertukar warna, aku tetap akan mencintaimu dengan gradasi paling terang yang aku punya

Terimakasih sudah tak berhenti mencoba, meskipun ragu dan enggan sebenarnya sudah melumatmu sampai pembuluh


Selain ungkapan cinta yang meruah, mungkin aku tak lagi punya apa-apa untuk direka

Sebab harapan-harapan yang kerapnya kulantunkan sering membebanimu tak tentu arah 

Terlalu berat, mustahil untuk kau aamiinkan dengan lega


Maka kali ini, aku tak perlu membuatmu mendengar pinta demi pinta

Berdoalah sendiri, sebab kau lebih tau apa yang kau mau dan mampu

Seraya dengan seluruh dunia aku akan mengaamiinkan segala bahagiamu


Sayangku yang tercinta

Selamat bertambah usia

Dengan segala lebih dan kurangnya

Aku mencintaimu dalam segenap rasa



Mendulang Usia–

00:00, 21/08/23

Derana Reva

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seandainya Saja

Seandainya saja kamu mengerti, bahwa setiap perkataan adalah doa dan setiap perbuatan akan ada balasan. Termasuk menyakiti hati yang sedang berusaha membahagiakan. Seandainya saja kamu pun tahu, bahwa sudah seharusnya kau berubah jadi versi terbaikmu, meski kata itu sekarang bukan untuk diriku. Tapi kuharap tiada lagi korban dari permainanmu. Seandainya saja kamu mengingat, di mana masa lalu masih melekat dengan erat. Waktu itu kamu dan aku bertemu di tempat sepi yang kuberi nama ruang rindu. Hingga akhirnya kita saling mengenal. Meskipun akhirnya cerita kita belum sempat selesai. Seandainya saja kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang, tentang kenangan yang harus kembali hilang. Meskipun akhirnya, di sini aku yang lagi-lagi tersakiti. Seandainya saja kamu bisa jadi aku. Untuk merasakan sakit yang aku rasa karenamu. Tentang seseorang yang selalu menangis, karena orang yang aku cinta, begitu tega menikam dan bertingkah sangat sadis. Seandainya kamu mengerti diamku. Bukan ber...

RASAKU

Hariku indah, ketika kicauan burung menyapa merdu di telinga. Ketika hujan terang, muncul lah pelangi. Ketika kamu menyapaku dengan puisi. Yang berkedok pengagum rahasia.  Lucunya cerita itu jika kuingat-ingat..  Dan lebih lucunya aku tak merasa kalau puisi yang kamu tulis ditujukan untukku. Yahh... Bisa di bilang aku makhluk yang tak peka..   Padahal kamu tak tahu di hati ini berharap. Kapan ya, aku punya pengagum rahasia? Kapan ya, aku dibuatin puisi romantis? Kataku dalam hati..  Perkenalan tanpa sengaja  Ocehan yang tak berfaedah Gurauan yang sangat receh Itu saja sudah berkesan..  Apalagi sekarang saat kita berbincang via suara..  Tanpa kita sadari dari musibah  Kita semakin dekat dan melekat Semakin berhasrat dan memikat. Rasa yang semakin besar berkobar Tanpa sadar cinta kita pun semakin mekar. Wahai tuan Kau tahu rasaku semakin tak karuan Jiwaku tak beraturan, karena cintamu bikin aku kecanduan Aku tersesat dengan cintamu Aku terbuai ...

Senja yang Cemburu

Senja yang Cemburu Pada gemintang yang merayu Memeluk senja begitu syahdu Mencintai adalah tentang rasa Pertemuan kita ibaratkan cinta Bayang semu seperti kata ikatan  Genggaman tangan seolah menjauh  Senyum dan tawamu sebuah saksi  Kata merelakan tidak pernah ada  Yang ada hanya sisa cemburu Perihal rasa yang tak bertemu Apakah kamu pernah melihat  Kumbang yang tak bersayap ia begitu pesakitan dengan lukanya,  selayaknya seorang kekasih  yang kehilangan pelukan hangat cinta Andai semuanya masih sama  Mungkin tempat ini akan berbeda Tidak lagi terkutuk pada kesendirian. Indie Sunandri, 2023