Langsung ke konten utama

PERKARA BIRAHI


Tunggulah aku di tempat tidurmu

Sebentar lagi aku akan menemuimu 

Aku sudah siapkan semuanya, lengkuk pinggangmu bagaikan karunia Tuhan.


Ohh kemari sayang apa kau masih tak mengerti, pusarmu seperti kehangatan

Dua gunung yang membayangi aku 

Segala bayangan dirimu di nadiku 

Aku tersirat oleh paras cantikmu 


Nafasku kini semakim memburu

Kau yang kini ada di tepat depanku 

Ingin kujelajahi tiap lengkuk tubuhmu 


Aku ikat dengan gurauan hirup cinta

Ketiakmu telaga air yang mencumbu

Kau yang kini masih saja menggodaku

Aahhh.. mencekram isi dalam otak ku 


Ayolah cepat sayang.. Puaskan aku 

Jika kau memang mau lakukan itu 

Aku menunggu kamu di ranjangku


Ingin kujelajahi sampai kutemukan letak nafsu, puncak asmara pancaloka ayunan untaian kata mengambang asmara.


Tahi lalat bias di halaman manjamu 

Kilotis cawan madu mengandungmu

Perutmu adalah selai tumpukan roti 


Sayang sosok tubuhmu renjana nakal

Menghentak dengan gugusan hempasan

Naik turun memanjat pohon goyang syahdu

Kain sutra menemani alas ikat buah dadamu

 

Yummy, aku telah meremasnya sayang 

Desahanmu seperti manis secangkir anggur 

Mengalir air klimaks, kekasih gairahku tertuju


Menari bersamaku di peraduan kayangan melewati malam asmara penuh birahi, burung yang aku tancapkan ke dalam rahim penuh ekspresi, senggama ini aku menikmati lagi.


Menidurkan aku dalam bait sajak sepi dan tubuhmu yang telah aku nikmati, bermalam di antara bunga taman surgawi. 


Aku menancapkan keindahan alam penuh birahi, mari kita pergi sayang berkuncup delima suara cintaku kepadamu.


Paradigma hentakan dari malam sampai pagi meramu mimpi di kepuasan singgasana sang ilahi, detak jam dinding meraba sel darah jepitan keperawanan wanita.


Semerbak bau badan aromatik kecupan bibirku di lehermu, ayok goyangkan lagi 

Sini kecup bibirku sayang, jangan malu 


Tergeletak lemas menatap dinding langit,

lampu tidur di dekat ranjang bergerak seirama perjalanan hempasan cinta, onani orgasme ini 

memunculkan air putih, sekali lagi kami bersama membasahi.


Maninya terbuang menempatkannya masuk ke sela-sela tubuh kita, metamorfosa hubungan candu lalu membeku.


Desiran suara manja memecahkan kesunyian sebuah malam, rambutmu teurai menjadi berantakan tapi matamu binar berkaca tertanda kepuasan berkedipkan mata.


Sekejap dalam bayang aku melihat rumput ilalang masih menancap pohon yang penuh bulu, keruntuhan telanjang pujangga horny.


Masih dalam kibaran baju malam tidurmu

Memperlihatkan lengkuk tubuhmu merayu untuk 

Memasukinya, menyeruak iblis mengutarakan, sayang, bagaimana surga dunia, apakah kau menikmatinya.


Setelah terbitnya bulan pancaran fajar 

Datanglah lagi kembali kesini sayang 

Mengejang saling ingin terpuaskan 

Lalu akan kubisikan, bermandikan keringat dingin denganmu pun aku sanggup.


_Tangerang, 16 maret 2022_

_Indie Sunandri_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seandainya Saja

Seandainya saja kamu mengerti, bahwa setiap perkataan adalah doa dan setiap perbuatan akan ada balasan. Termasuk menyakiti hati yang sedang berusaha membahagiakan. Seandainya saja kamu pun tahu, bahwa sudah seharusnya kau berubah jadi versi terbaikmu, meski kata itu sekarang bukan untuk diriku. Tapi kuharap tiada lagi korban dari permainanmu. Seandainya saja kamu mengingat, di mana masa lalu masih melekat dengan erat. Waktu itu kamu dan aku bertemu di tempat sepi yang kuberi nama ruang rindu. Hingga akhirnya kita saling mengenal. Meskipun akhirnya cerita kita belum sempat selesai. Seandainya saja kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang, tentang kenangan yang harus kembali hilang. Meskipun akhirnya, di sini aku yang lagi-lagi tersakiti. Seandainya saja kamu bisa jadi aku. Untuk merasakan sakit yang aku rasa karenamu. Tentang seseorang yang selalu menangis, karena orang yang aku cinta, begitu tega menikam dan bertingkah sangat sadis. Seandainya kamu mengerti diamku. Bukan ber...

RASAKU

Hariku indah, ketika kicauan burung menyapa merdu di telinga. Ketika hujan terang, muncul lah pelangi. Ketika kamu menyapaku dengan puisi. Yang berkedok pengagum rahasia.  Lucunya cerita itu jika kuingat-ingat..  Dan lebih lucunya aku tak merasa kalau puisi yang kamu tulis ditujukan untukku. Yahh... Bisa di bilang aku makhluk yang tak peka..   Padahal kamu tak tahu di hati ini berharap. Kapan ya, aku punya pengagum rahasia? Kapan ya, aku dibuatin puisi romantis? Kataku dalam hati..  Perkenalan tanpa sengaja  Ocehan yang tak berfaedah Gurauan yang sangat receh Itu saja sudah berkesan..  Apalagi sekarang saat kita berbincang via suara..  Tanpa kita sadari dari musibah  Kita semakin dekat dan melekat Semakin berhasrat dan memikat. Rasa yang semakin besar berkobar Tanpa sadar cinta kita pun semakin mekar. Wahai tuan Kau tahu rasaku semakin tak karuan Jiwaku tak beraturan, karena cintamu bikin aku kecanduan Aku tersesat dengan cintamu Aku terbuai ...

Senja yang Cemburu

Senja yang Cemburu Pada gemintang yang merayu Memeluk senja begitu syahdu Mencintai adalah tentang rasa Pertemuan kita ibaratkan cinta Bayang semu seperti kata ikatan  Genggaman tangan seolah menjauh  Senyum dan tawamu sebuah saksi  Kata merelakan tidak pernah ada  Yang ada hanya sisa cemburu Perihal rasa yang tak bertemu Apakah kamu pernah melihat  Kumbang yang tak bersayap ia begitu pesakitan dengan lukanya,  selayaknya seorang kekasih  yang kehilangan pelukan hangat cinta Andai semuanya masih sama  Mungkin tempat ini akan berbeda Tidak lagi terkutuk pada kesendirian. Indie Sunandri, 2023