Langsung ke konten utama

RUAI

 





Yang hilang, hilanglah

Yang habis, biar pula tak lagi tersisa


Sebab bunyi remuk kadang juga bisa terdengar begitu indah

Semisal daun kering yang terinjak,

atau tanah-tanah kemarau yang bergelegak retak 


Mungkin doa yang meruai,

takkan pernah sampai sebab teredam kasau

Mungkin pula jawaban yang berdenging, 

hanya kumpulan dari bisik-bisik kacau seekor anjing 


Kita tidak pernah benar-benar tau

Hanya mengerahkan akal menerka

Kita tidak pernah benar-benar mau

Hanya mengupayakan tubuh berusaha 


Jiwa-jiwa kita rutin-nya tersesat

Lalu bibir kita runut menyesatkan 


Kita pesakitan

Pelacur yang mengemis-ngemis air


Kita telah sejak dulu merasakan kehilangan

Namun ngotot mengais sampah untuk mengisi kehampaan


Terlalu busuk untuk bicara bijak

Tapi terlalu menyakitkan untuk diam melulu terpijak


Nyawa yang tersekap dalam ruang tanpa sekat adalah irama merdu yang sejalan dengan tarikan napas Ibu

Mengingat luka sudah lama dicecap, lebih dari sebanyak ribu

Melengkapi putaran akhir sebuah rubik lusuh

Koyakan hilang dari halaman kumal buku-buku


Mestinya kita adalah pembaca paling lihai

Mestinya kita adalah peramu paling teguh

Atau mestinya kita adalah arwah-arwah hilang yang tak kunjung mendiami dedalu


Terombang-ambing,

sambil meringis mendayu-dayu


Lagi-lagi kita tak pernah tau

Adakah menang untuk sial yang kian bertalu-talu



Ruai—

10/08/2023

Derana Reva

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seandainya Saja

Seandainya saja kamu mengerti, bahwa setiap perkataan adalah doa dan setiap perbuatan akan ada balasan. Termasuk menyakiti hati yang sedang berusaha membahagiakan. Seandainya saja kamu pun tahu, bahwa sudah seharusnya kau berubah jadi versi terbaikmu, meski kata itu sekarang bukan untuk diriku. Tapi kuharap tiada lagi korban dari permainanmu. Seandainya saja kamu mengingat, di mana masa lalu masih melekat dengan erat. Waktu itu kamu dan aku bertemu di tempat sepi yang kuberi nama ruang rindu. Hingga akhirnya kita saling mengenal. Meskipun akhirnya cerita kita belum sempat selesai. Seandainya saja kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang, tentang kenangan yang harus kembali hilang. Meskipun akhirnya, di sini aku yang lagi-lagi tersakiti. Seandainya saja kamu bisa jadi aku. Untuk merasakan sakit yang aku rasa karenamu. Tentang seseorang yang selalu menangis, karena orang yang aku cinta, begitu tega menikam dan bertingkah sangat sadis. Seandainya kamu mengerti diamku. Bukan ber...

RASAKU

Hariku indah, ketika kicauan burung menyapa merdu di telinga. Ketika hujan terang, muncul lah pelangi. Ketika kamu menyapaku dengan puisi. Yang berkedok pengagum rahasia.  Lucunya cerita itu jika kuingat-ingat..  Dan lebih lucunya aku tak merasa kalau puisi yang kamu tulis ditujukan untukku. Yahh... Bisa di bilang aku makhluk yang tak peka..   Padahal kamu tak tahu di hati ini berharap. Kapan ya, aku punya pengagum rahasia? Kapan ya, aku dibuatin puisi romantis? Kataku dalam hati..  Perkenalan tanpa sengaja  Ocehan yang tak berfaedah Gurauan yang sangat receh Itu saja sudah berkesan..  Apalagi sekarang saat kita berbincang via suara..  Tanpa kita sadari dari musibah  Kita semakin dekat dan melekat Semakin berhasrat dan memikat. Rasa yang semakin besar berkobar Tanpa sadar cinta kita pun semakin mekar. Wahai tuan Kau tahu rasaku semakin tak karuan Jiwaku tak beraturan, karena cintamu bikin aku kecanduan Aku tersesat dengan cintamu Aku terbuai ...

Senja yang Cemburu

Senja yang Cemburu Pada gemintang yang merayu Memeluk senja begitu syahdu Mencintai adalah tentang rasa Pertemuan kita ibaratkan cinta Bayang semu seperti kata ikatan  Genggaman tangan seolah menjauh  Senyum dan tawamu sebuah saksi  Kata merelakan tidak pernah ada  Yang ada hanya sisa cemburu Perihal rasa yang tak bertemu Apakah kamu pernah melihat  Kumbang yang tak bersayap ia begitu pesakitan dengan lukanya,  selayaknya seorang kekasih  yang kehilangan pelukan hangat cinta Andai semuanya masih sama  Mungkin tempat ini akan berbeda Tidak lagi terkutuk pada kesendirian. Indie Sunandri, 2023