Yang hilang, hilanglah
Yang habis, biar pula tak lagi tersisa
Sebab bunyi remuk kadang juga bisa terdengar begitu indah
Semisal daun kering yang terinjak,
atau tanah-tanah kemarau yang bergelegak retak
Mungkin doa yang meruai,
takkan pernah sampai sebab teredam kasau
Mungkin pula jawaban yang berdenging,
hanya kumpulan dari bisik-bisik kacau seekor anjing
Kita tidak pernah benar-benar tau
Hanya mengerahkan akal menerka
Kita tidak pernah benar-benar mau
Hanya mengupayakan tubuh berusaha
Jiwa-jiwa kita rutin-nya tersesat
Lalu bibir kita runut menyesatkan
Kita pesakitan
Pelacur yang mengemis-ngemis air
Kita telah sejak dulu merasakan kehilangan
Namun ngotot mengais sampah untuk mengisi kehampaan
Terlalu busuk untuk bicara bijak
Tapi terlalu menyakitkan untuk diam melulu terpijak
Nyawa yang tersekap dalam ruang tanpa sekat adalah irama merdu yang sejalan dengan tarikan napas Ibu
Mengingat luka sudah lama dicecap, lebih dari sebanyak ribu
Melengkapi putaran akhir sebuah rubik lusuh
Koyakan hilang dari halaman kumal buku-buku
Mestinya kita adalah pembaca paling lihai
Mestinya kita adalah peramu paling teguh
Atau mestinya kita adalah arwah-arwah hilang yang tak kunjung mendiami dedalu
Terombang-ambing,
sambil meringis mendayu-dayu
Lagi-lagi kita tak pernah tau
Adakah menang untuk sial yang kian bertalu-talu
Ruai—
10/08/2023
Derana Reva
Komentar
Posting Komentar