Bumi berotasi pada poros nya, berlawanan arah dengan jarum jam. Rotasi bumi menyebabkan pergantian siang dan malam.
Laik bumi, Kehidupan terus berjalan konstan. berkembang, berevolusi, dinamis.
Kendati, menemukan bahagia, entah, sedih, tawa atau tangis.
Tetapi dunia ku monokrom, lebih banyak nya bernuansa nelangsa.
Boro-boro, mengikuti waktu. Membaca arah saja aku tak bisa.
Jadi jangan tanyakan kepadaku tentang hari esok? Sungguh, aku sudah tidak punya cukup ruang untuk meyakinkan diriku.
Tak heran, jika seringkali aku di tertawakan
Mau bilang hidup yang mempermainkan, tidak mungkin. Sebenarnya yang salah siapa. Takdir?
Tapi apakah harus takdir yang di salahkan? Jika iya, maka Tuhan itu tidak adil dong? Seolah-olah hidup ini telah di predestinasikan, ada yang menderita dan ada yang bahagia. Jika kehidupan di tentukan demikan, lantas buat apa kehendak bebas di ciptakan? Kemudian bagaimana mungkin manusia bisa mengenal sebuah pilihan?
Begitulah saya, manusia yang penuh pertanyaan dan keluhan yang tak pernah terselesaikan. Pusingkan? Sama saya juga.
Jadi jangan paksakan dirimu membaca isi di dalam kepala ku.
Akan ku pastikan kau tidak akan menemukan apa pun, disini gersang, gelap, juga dingin.
Hanya ada gigil yang tak habis dinginnya.
Tak hilang nyerinya.
Aku tidak punya taman bermain yang bisa menghiburmu, ataupun kisah-kisah hebat untuk di ceritakan, seperti bunda Teresa yang memberikan seluruh hidup nya untuk melayani orang-orang yang kurang beruntung di dunia ini.
Tetapi, jika kau meminta aku untuk mendengarkan cerita-ceritamu, akan ku terima dengan senang hati.
Karena, aku lebih biasa menghabiskan waktu untuk mendengarkan. sehingga ketika aku disuruh bercerita, aku tak tahu harus mulai dari mana.
Mungkin aku tidak sehebat Bunda Teresa dalam melayani, tetapi aku bisa mendengarkan mu sehebat Zig Ziglar dan Oprah Winfrey seorang pembawa acara Talk Show di amerika.
Mari sini, kemarilah aku sudah terbiasa menjadi Renjana.
Meskipun riuh di dalam kepala sendiri tak pernah reda.
Meskipun, bara sendiri tak pernah padam dan, meskipun, lara tak berhenti merisak.
Berevolusilah kau menjadi gempita,
Maka aku adalah tempat sampah yang dapat kau endapkan.
Terbanglah dengan rahayu, kemudian kembalilah lagi.
Sekalipun buluhmu patah terkulai kesekian kalinya, aku tidak akan memutuskan nya
Dan sumbu yang pudar nyalanya, aku tidak akan memadamkan nya.
- Lingga Annar
Komentar
Posting Komentar