P : Mengapa resah mulai bergejolak? Ketika cinta yang kuharapkan tetap utuh, justru kini harus runtuh.
L : Mengapa segala nestapa kini menetap? Ketika rasa patah kini mulai menggerogoti tuannya.
P : Mengapa semua seolah menghindar? Ketika aku berusaha mengejar.
L : Mengapa semuanya pergi? Di saat kumulai menanamkan hati.
P : Apakah ini sebuah rencana Tuhan?
L : Apakah ini sebuah jalan yang di pilihkan Tuhan?
P : Wahai tuan yang berada dalam kenangan, ingatkah engkau tentang cinta yang pernah datang mengisi kesepian.
L : Wahai puan yang mengikis segala kerinduan, ingatkah engkau tentang kokohnya bangunan cinta, di mana dahulu pernah roboh bersama kisah yang harus dipaksa rampung.
P : Aku lelah
L : Biarkan aku menjadi penopang untuk menguatkanmu.
P : Aku menyerah
L : Biarkan aku menuntunmu berbalik arah.
P : Aku patah
L : Biarkan aku memperbaiki patahmu.
P : Bagaimana caranya aku bisa bertahan?
L : Tetaplah ingat pada Tuhan, dengan begitu kau akan temukan kebahagiaan.
P : Bagaimana caranya aku bisa menepis sakit yang begitu mengiris?
L : Buka kan matamu, dan lihatlah masih ada aku yang akan menemaniku.
P : Tapi aku tak sekuat yang kau kira, aku tak setegar yang kau duga. Aku manusia yang terkadang mempunyai batas sabar yang tak lebih dari lautan samudera.
L : Begitulah tugasku ada.
P : Tapi aku bukanlah seseorang sempurna seperti yang kau lihat.
L : Terkadang cinta itu tuli dan tak bisa melihat.
P : Lalu aku harus bagaimana?
Apakah aku harus menetap dengan sayatan luka atau pergi dengan kegagalannya?
L : Tetaplah di sini
P : Tapi aku bukanlah
L : Sudahlah puan, tak usah lagi kau menjatuhkan diri sendiri, untuk terlihat kau sedang menyerah.
P : Siapakah yang akan menemaniku di saat aku dilukai?
L : Akulah yang akan membuatmu tertawa kembali.
P : Lalu bagaimanakah aku harus membalas apa yang kau beri?
L : Tetaplah seperti pelangi yang indah berseri.
P : Namun, bagaimana jika aku gagal kembali?
L : Aku akan berusaha menjaga supaya kita tidak terjatuh lagi.
P : Baiklah kini aku yakin padamu tuan.
L : Itulah jawaban terbaik. Tetaplah tersenyum sebab hadirku di sini masih menjadi perantara bahagiamu. Bukanlah sumber bahagiamu.
P : Terimakasih tuan, kali ini aku tahu tugasmu ada di sini.
L : Syukurlah kalau sudah tahu. Biar tidak repot-repot aku menjelaskan padamu. Pintaku cuma satu di dunia ini, melihatmu tersenyum sungguhan tanpa ada kedustaan.
P : Sekali lagi terimakasih atas segala kasihmu.
L : Tak usah berterima kasih puan, itu sudah menjadi hak kewajibanku membuatmu tersenyum dan menjaga jatuhmu.
Sebab jika kau menangis, semesta pun akan ikut berkabung.
Jadi tetaplah tersenyum sekeras apa pun cobaan yang membebanimu.
P : Baiklah tuan aku menuruti apa katamu.
Aku pamit tuan, sekali lagi terimakasih sudah jadi bagian di hidup ini.
Terimakasih sudah mau menjadi tokoh untuk yang sedari dulu telah mengikis.
"Naskah terinspirasi dari karya Zhafir K Akalanka yang berjudul : seseorang sepertiku"
Tasikmalaya, 26 Agustus 2023
Komentar
Posting Komentar