Langsung ke konten utama

SESEORANG YANG TERLUKAI



P : Mengapa resah mulai bergejolak? Ketika cinta yang kuharapkan tetap utuh, justru kini harus runtuh.

L : Mengapa segala nestapa kini menetap? Ketika rasa patah kini mulai menggerogoti tuannya.

P : Mengapa semua seolah menghindar? Ketika aku berusaha mengejar.

L : Mengapa semuanya pergi? Di saat kumulai menanamkan hati.

P : Apakah ini sebuah rencana Tuhan?

L : Apakah ini sebuah jalan yang di pilihkan Tuhan?

P : Wahai tuan yang berada dalam kenangan, ingatkah engkau tentang cinta yang pernah datang mengisi kesepian.

L : Wahai puan yang mengikis segala kerinduan, ingatkah engkau tentang kokohnya bangunan cinta, di mana dahulu pernah roboh bersama kisah yang harus dipaksa rampung.

P : Aku lelah 

L : Biarkan aku menjadi penopang untuk menguatkanmu.

P : Aku menyerah

L : Biarkan aku menuntunmu berbalik arah.

P : Aku patah

L : Biarkan aku memperbaiki patahmu.

P : Bagaimana caranya aku bisa bertahan?

L : Tetaplah ingat pada Tuhan, dengan begitu kau akan temukan kebahagiaan.

P : Bagaimana caranya aku bisa menepis sakit yang begitu mengiris?

L : Buka kan matamu, dan lihatlah masih ada aku yang akan menemaniku.

P : Tapi aku tak sekuat yang kau kira, aku tak setegar yang kau duga. Aku manusia yang terkadang mempunyai batas sabar yang tak lebih dari lautan samudera.

L : Begitulah tugasku ada.

P : Tapi aku bukanlah seseorang sempurna seperti yang kau lihat.

L : Terkadang cinta itu tuli dan tak bisa melihat.

P : Lalu aku harus bagaimana?

Apakah aku harus menetap dengan sayatan luka atau pergi dengan kegagalannya?

L : Tetaplah di sini

P : Tapi aku bukanlah 

L : Sudahlah puan, tak usah lagi kau menjatuhkan diri sendiri, untuk terlihat kau sedang menyerah.

P : Siapakah yang akan menemaniku di saat aku dilukai?

L : Akulah yang akan membuatmu tertawa kembali.

P : Lalu bagaimanakah aku harus membalas apa yang kau beri?

L : Tetaplah seperti pelangi yang indah berseri.

P : Namun, bagaimana jika aku gagal kembali?

L : Aku akan berusaha menjaga supaya kita tidak terjatuh lagi.

P : Baiklah kini aku yakin padamu tuan.

L : Itulah jawaban terbaik. Tetaplah tersenyum sebab hadirku di sini masih menjadi perantara bahagiamu. Bukanlah sumber bahagiamu.

P : Terimakasih tuan, kali ini aku tahu tugasmu ada di sini.

L : Syukurlah kalau sudah tahu. Biar tidak repot-repot aku menjelaskan padamu. Pintaku cuma satu di dunia ini, melihatmu tersenyum sungguhan tanpa ada kedustaan.

P : Sekali lagi terimakasih atas segala kasihmu.

L : Tak usah berterima kasih puan, itu sudah menjadi hak kewajibanku membuatmu tersenyum dan menjaga jatuhmu.

Sebab jika kau menangis, semesta pun akan ikut berkabung.

Jadi tetaplah tersenyum sekeras apa pun cobaan yang membebanimu.

P : Baiklah tuan aku menuruti apa katamu.

Aku pamit tuan, sekali lagi terimakasih sudah jadi bagian di hidup ini.

Terimakasih sudah mau menjadi tokoh untuk yang sedari dulu telah mengikis.


"Naskah terinspirasi dari karya Zhafir K Akalanka yang berjudul : seseorang sepertiku"

Karya : Riadi Komara
Tasikmalaya, 26 Agustus 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seandainya Saja

Seandainya saja kamu mengerti, bahwa setiap perkataan adalah doa dan setiap perbuatan akan ada balasan. Termasuk menyakiti hati yang sedang berusaha membahagiakan. Seandainya saja kamu pun tahu, bahwa sudah seharusnya kau berubah jadi versi terbaikmu, meski kata itu sekarang bukan untuk diriku. Tapi kuharap tiada lagi korban dari permainanmu. Seandainya saja kamu mengingat, di mana masa lalu masih melekat dengan erat. Waktu itu kamu dan aku bertemu di tempat sepi yang kuberi nama ruang rindu. Hingga akhirnya kita saling mengenal. Meskipun akhirnya cerita kita belum sempat selesai. Seandainya saja kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang, tentang kenangan yang harus kembali hilang. Meskipun akhirnya, di sini aku yang lagi-lagi tersakiti. Seandainya saja kamu bisa jadi aku. Untuk merasakan sakit yang aku rasa karenamu. Tentang seseorang yang selalu menangis, karena orang yang aku cinta, begitu tega menikam dan bertingkah sangat sadis. Seandainya kamu mengerti diamku. Bukan ber...

Senja yang Cemburu

Senja yang Cemburu Pada gemintang yang merayu Memeluk senja begitu syahdu Mencintai adalah tentang rasa Pertemuan kita ibaratkan cinta Bayang semu seperti kata ikatan  Genggaman tangan seolah menjauh  Senyum dan tawamu sebuah saksi  Kata merelakan tidak pernah ada  Yang ada hanya sisa cemburu Perihal rasa yang tak bertemu Apakah kamu pernah melihat  Kumbang yang tak bersayap ia begitu pesakitan dengan lukanya,  selayaknya seorang kekasih  yang kehilangan pelukan hangat cinta Andai semuanya masih sama  Mungkin tempat ini akan berbeda Tidak lagi terkutuk pada kesendirian. Indie Sunandri, 2023

RASAKU

Hariku indah, ketika kicauan burung menyapa merdu di telinga. Ketika hujan terang, muncul lah pelangi. Ketika kamu menyapaku dengan puisi. Yang berkedok pengagum rahasia.  Lucunya cerita itu jika kuingat-ingat..  Dan lebih lucunya aku tak merasa kalau puisi yang kamu tulis ditujukan untukku. Yahh... Bisa di bilang aku makhluk yang tak peka..   Padahal kamu tak tahu di hati ini berharap. Kapan ya, aku punya pengagum rahasia? Kapan ya, aku dibuatin puisi romantis? Kataku dalam hati..  Perkenalan tanpa sengaja  Ocehan yang tak berfaedah Gurauan yang sangat receh Itu saja sudah berkesan..  Apalagi sekarang saat kita berbincang via suara..  Tanpa kita sadari dari musibah  Kita semakin dekat dan melekat Semakin berhasrat dan memikat. Rasa yang semakin besar berkobar Tanpa sadar cinta kita pun semakin mekar. Wahai tuan Kau tahu rasaku semakin tak karuan Jiwaku tak beraturan, karena cintamu bikin aku kecanduan Aku tersesat dengan cintamu Aku terbuai ...