💙 : Mengapa semua seperti menghilang, disaat dunia masih butuhkan sosokmu yang periang.
❤ : Mengapa semua seperti menjauh, disaat aku terjerembab di posisi butuh.
💙 : Mengapa semua seolah pergi meninggalkan ku seorang diri, disaat hati membutuhkan hadirmu disini.
❤️ : Mengapa semua seolah sirnah, disaat aku masih butuhkanmu menunjukan sebuah arah.
💙 : Apakah aku tak pantas merasa bahagia ?
❤️ : Apakah aku tak layak untuk bangkit dari sakit ?
💙 : Haii Nona
❤️ : Haii Tuan
💙 : Bagaimana kabarmu ?
❤️ : Kabarku baik setelah lepas darimu.
💙 : Apa maksudmu nona ?
❤️ : Apakah kau lupa, perihal kata - kata yang pernah terlontar dari mulut indahmu tuan, katamu kau akan menemaniku hingga maut memisahkan kita.
💙 : Heii nona, jangan membalikkan fakta,
Siapa disini yang memutuskan kata selaras dalam hubungan kita ?
Siapa disini yang sebenarnya menanamkan luka ?
❤️ : Tidak ada yang berbicara seperti itu tuan.
💙 : Lantas apa arti sebuah hubungan, jika kita harus terjerembab trauma yang kau bilang menyakitkan.
Untuk apa aku bertahan dalam sebuah hubungan, jika orang yang aku cinta masih teringat masalalu yang sebenarnya tak pantas untuk di kenang.
Sekuat apapun laki - laki menutupi rasa luka, pada dasarnya tetap akan ada titik lelah juga.
Jadi siapakah yang sebenarnya disini bersalah ?
❤️ : Duhai tuan yang pernah ku damba - dambakan, jauh sebelum kita dekat, sudah pernah ku ungkapkan. Aku adalah wanita yang terjebak trauma masalalu yang menyakitkan. Dan tempo hari kau bilang akan berusaha membangkitkan luka yang saat itu ku rasa.
Tapi mengapa disaat aku perlahan - lahan bangkit, namun perkataanmu pula yang buatku harus kembali menelan rasa sakit.
💙 : Sudahlah nona, tak usah banyak bicara untuk membahas sebuah cerita luka di masalalu. Katakan saja apa maumu kembali menghampiriku ?
❤️ : Kau yang memulai tuan, kedatanganku kemari untuk meminta maaf perihal pecahnya hubungan kita.
💙 : Hah ? Maaf katamu ?
Mengapa baru sekarang kau datang meminta maaf padaku ?
Kemana saja dirimu selama ini ?
Apakah kau baru menyadarinya ?
❤️ : Baik aku mengaku salah atas apa perlakuanku selama ini tuan.
Kedatanganku kemari ingin memberikan sebuah undangan pernikahanku dengan sosok yang telah di pilihkan orang tuaku.
💙 : Hahaha, hebat setelah kau buat hati ini terjatuh, kini harus kau hancurkan pula.
Kemana hati nuranimu nona ?
Untuk apa kau datang kemari, jika hadirmu hanya untuk buat hatiku kembali terlukai ?
Sudahlah nona, cukup tak usah banyak bicara tentang apa pembelaanmu.
Karena kali ini aku muak akan apa yang akan kau bicarakan padaku.
❤️ : Mengapa kau jawab sekejam itu terhadapku tuan ?
Apakah telah hilang rasa cintamu padaku ?
Hingga tak ada sedikitpun kata maafmu untukku.
💙 : Kejam katamu ?
Siapa yang lebih kejam disini nona.
Disaat orang yang tulus mencintaimu kau campakan karena luka masalalumu.
Disaat laki - laki yang datang untuk menanamkan harap padamu harus kau patahkan kata trauma di hidupmu.
Siapa yang lebih kejam disini nona ?
Belum kering air mata ini saat kau menghilang tanpa kabar, dan kau datang dengan kabar yang sebenarnya tak ingin ku dengar.
Sudahlah pergi dariku nona.
Terimakasih atas luka yang lagi - lagi kau tanamkan untukku.
❤️ : Maafkan aku tuan, adakah cara agar kau mau memaafkan kesalahanku ?
💙 : Cukup enyahlah dari hidupku.
❤️ : Baik aku akan lakukan apa yang kau mau, aku pamit tuan. Maaf atas semua yang telah kulakukan padamu.
💙 : Pergilah sejauh mungkin nona, karena rasanya akan lebih indah setelah kau pergi dari hadapan seseorang yang telah terlanjur patah.
_Goresan pena_
_Riadi komara_
_Tasikmalaya, 9 Agustus 2023_
Komentar
Posting Komentar