Langsung ke konten utama

TUAN YANG KEHILANGAN JATI DIRI



"Tentang Hiya Versi 2"

(Tuan yang kehilangan jati diri)


Karya : Riadi komara


Selamat siang untuk kalian penikmat cinta dunia maya.

Selamat sore untuk kalian yang sedang berbahagia

Dan selamat malam untuk kalian yang mendengarkan ocehan ku di sebuah panggung dunia maya.


Ada lagi cerita seseorang yang gayanya jumawa

Hanya bisa berkata - kata anjing , goblok dan sebagainya

Berlaku keras bak seorang gladiator di sebuah pentas

Padahal mentalnya lebih rapuh dari sebuah kertas.


Pandai mengomentari 

Katanya diksimu tak bermakna, tuan.

Katanya tulisanmu hanya sampah, tuan.

Maka diisi narasiku kali ini ku balas sebuah ucapan untuk anda, wahai tuan penikmat desahan para puan.


Dari jauh - jauh hari sudah saya peringatkan 

Di sebuah tulisan yang berupa sindiran

Jangan merasa jadi seorang sastrawan

Kalau gaya bicaramu saja masih belepotan


Dari jauh - jauh hari sudah saya peringatkan

Di sebuah tulisan yang berupa sentilan

Jangan merasa jumawa

Kalau bahasamu hanya bisa anjing, goblok, babi dan sebagainya.


Wahai tuan penikmat desahan 

Sekali lagi saya ingatkan 

Kita manusia bukan anjing dan babi yang seperti kau kata.

Kita manusia bukan sampah yang seperti kau kira.


Tempo lalu kau cela diksiku

Dan hari ini ku tunggu balasanmu

Jangan merasa sok keras

Jika hatimu masih seperti kertas.


Mari ikut bersamaku 

Biar kau tau cara menghargai sesamamu

Agar kau juga sadar akan kapasitasmu

Sudah terlalu lama kau kehilangan jati dirimu, wahai tuan penikmat desahan dunia halu.


"Naskah terinspirasi dari badut pentas karya ilham wijaya"



Tasikmalaya , 9 Agustus 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seandainya Saja

Seandainya saja kamu mengerti, bahwa setiap perkataan adalah doa dan setiap perbuatan akan ada balasan. Termasuk menyakiti hati yang sedang berusaha membahagiakan. Seandainya saja kamu pun tahu, bahwa sudah seharusnya kau berubah jadi versi terbaikmu, meski kata itu sekarang bukan untuk diriku. Tapi kuharap tiada lagi korban dari permainanmu. Seandainya saja kamu mengingat, di mana masa lalu masih melekat dengan erat. Waktu itu kamu dan aku bertemu di tempat sepi yang kuberi nama ruang rindu. Hingga akhirnya kita saling mengenal. Meskipun akhirnya cerita kita belum sempat selesai. Seandainya saja kamu pernah merasakan apa yang aku rasakan sekarang, tentang kenangan yang harus kembali hilang. Meskipun akhirnya, di sini aku yang lagi-lagi tersakiti. Seandainya saja kamu bisa jadi aku. Untuk merasakan sakit yang aku rasa karenamu. Tentang seseorang yang selalu menangis, karena orang yang aku cinta, begitu tega menikam dan bertingkah sangat sadis. Seandainya kamu mengerti diamku. Bukan ber...

RASAKU

Hariku indah, ketika kicauan burung menyapa merdu di telinga. Ketika hujan terang, muncul lah pelangi. Ketika kamu menyapaku dengan puisi. Yang berkedok pengagum rahasia.  Lucunya cerita itu jika kuingat-ingat..  Dan lebih lucunya aku tak merasa kalau puisi yang kamu tulis ditujukan untukku. Yahh... Bisa di bilang aku makhluk yang tak peka..   Padahal kamu tak tahu di hati ini berharap. Kapan ya, aku punya pengagum rahasia? Kapan ya, aku dibuatin puisi romantis? Kataku dalam hati..  Perkenalan tanpa sengaja  Ocehan yang tak berfaedah Gurauan yang sangat receh Itu saja sudah berkesan..  Apalagi sekarang saat kita berbincang via suara..  Tanpa kita sadari dari musibah  Kita semakin dekat dan melekat Semakin berhasrat dan memikat. Rasa yang semakin besar berkobar Tanpa sadar cinta kita pun semakin mekar. Wahai tuan Kau tahu rasaku semakin tak karuan Jiwaku tak beraturan, karena cintamu bikin aku kecanduan Aku tersesat dengan cintamu Aku terbuai ...

Senja yang Cemburu

Senja yang Cemburu Pada gemintang yang merayu Memeluk senja begitu syahdu Mencintai adalah tentang rasa Pertemuan kita ibaratkan cinta Bayang semu seperti kata ikatan  Genggaman tangan seolah menjauh  Senyum dan tawamu sebuah saksi  Kata merelakan tidak pernah ada  Yang ada hanya sisa cemburu Perihal rasa yang tak bertemu Apakah kamu pernah melihat  Kumbang yang tak bersayap ia begitu pesakitan dengan lukanya,  selayaknya seorang kekasih  yang kehilangan pelukan hangat cinta Andai semuanya masih sama  Mungkin tempat ini akan berbeda Tidak lagi terkutuk pada kesendirian. Indie Sunandri, 2023